Selasa, 31 Juli 2007

Ketika saya dilamar


Ok..setiap gadis pasti pernah mengkhayalkan tentang hal yang merupakan no.2 terpenting dan paling mendebarkan dalam babak hidup ini. Dilamar...Huaaaaaa..

Saya pernah merenungkan khayalan saya ini dengan penuh penghayatan. Ciee...hahahaha.. (jadi malu). Kira-kira..calon saya akan memberikan saya sebuah cincin indah seperti gambar cincin diatas sana. Hm, mahal engga yah? Kalau kemahalan kan kacian..tau aja jodo saya kelak bukan orang yang kaya-kaya amat alias sederhana.

Ia akan membawa saya ketempat yang sepi di sore hari. Ups..kaya nyari lokasi pembunuhan aja. Tapi, ini bukan pembunuhan melainkan penembakan. Kok jadi kaya judul reality show?
Heheheh.. Kira-kira calon tempat yang sering saya khayalkan itu kaya gini :

1. Di dekat laut..sore abis ujan gerimis n ada pelangi dilangitnya.

2. Di saat candle light dinner

3. Di gereja..(waktu lagi sepi pastinya)

Wuih..klo dilamar kerennya di sore hari. Ketika langit ada pelanginya. Ato sehabis hujan rintik. Ketika tanah masih basah dan udara lembab. Don't ask me why. Kenapa saya suka suasana seperti itu? I can't give u the answer..

Calon saya akan memandang dengan tatapan yang so deep n meaningful. Trus dia bakalan bilang "Nie..maukah kamu menikah denganku?". Huaaa...pasti saat itu aku bakalan bisu sesaat. Maka ia akan bertanya, "lho..kok malah diam?". Kalimat yang membuat saya tambah bisu aja. Kelanjutannya? Sstt... I won't tell u. Only in my mind. Happy ending pastinya.

Prioritas



Dalam hidup, menjadi prioritas bukanlah segalanya. Yang terpenting adalah mempersembahkan apa yang terbaik dari diri kita, itulah yang terbaik menurut saya. Karena kadang dengan menjadi "manusia yang di prioritaskan" kita menjadi lupa yang "paling prioritas" dalam hidup kita, Bapa.

Sebuah kisah yang menceritakan kasih Bapa, menyelamatkan 10 orang yang terkena penyakit kusta, penyakit yang sangat mematikan pada saat itu. Diantara para Yahudi yang terkena penyakit tersebut, satu diantara mereka adalah orang Samaria. Samaria, si bangsa kelas rendahan, kelas budak..yang dianggap tidak pantas dan tidak layak. Namun ketika mereka menerima kesembuhan, hanya si Samaria inilah yang kembali untuk berterima kasih kepada sang Penyembuhnya. Hanya si Samaria..

Dalam hidup, sering kali kita menjadi seperti Yahudi dalam perumpamaan tersebut. Kita menganggap diri kita mampu untuk bertindak sendiri, tanpa mengingat siapa yang ada dibalik layar hidup kita. Si boneka kayu yang menganggap dirinya begitu hebat dan hidup, sehingga ia mengira dirinya sendirilah yang mengendalikan tangan dan kakinya. Tanpa mengingat bahwa sebetulnya ada tali-tali tipis yang menuntun gerakannya, yang tanpa bantuan tali itu ia hanyalah seonggok boneka kayu yang tidak berdaya. Mati. Begitulah..tanpa Allah, kita hanyalah sebongkah tanah. Tidak ada gunanya.

Disaat kesulitan mendera..persis sama ketika penyakit yang dialami kesepuluh manusia itu, ia mulai diasingkan. Perlahan-lahan dijauhi karena kejayaannya sudah berlalu. Pada saat itulah baru kita sadari, kita membutuhkan pertolongan. Pada saat itulah, kita yang mengaku Kristen mulai giat berdoa dan mengeluh kepada Tuhan. Dan ketika Ia menjawab doa kita dengan menyingkirkan segala pencobaan yang kita hadapi..saat itulah kacang mulai lupa akan kulitnya.
Kesembilan orang Yahudi itu kembali ke kehidupan mereka, menunjukkan kepada muka umum bahwa mereka telah sembuh dan terbebas, sudah kembali seperti dulu. Yahudi yang dianggap bangsa kelas atas, orang-orang hebat tidak ingat lagi untuk seucap kata "terima kasih" kepada Yang Telah Memberinya Kesembuhan.
Benar kan? Pikirkan apakah hidupmu berlangsung dalam keadaan demikian?

Saat ini saya sedang mencoba belajar. Belajar untuk menjadi orang Samaria. Sekalipun ia bukan orang yang memiliki sesuatu untuk dibanggakan, tidak menjadi orang yang di prioritaskan bahkan seseorang yang dilupakan. Namun sikapnya membuat ia memiliki tempat yang istimewa di hati Allah. Belajar untuk rendah hati dan mengingat siapa yang memegang kendali atas hidup ini. Belajar untuk mengingat, atas ijin siapa jantung ini tetap berdetak. Atas perintah siapa hujan turun saat ini dan atas kehendak siapa tangan ini menuliskan tulisan ini. Belajar untuk tidak hanya mementingkan prioritas diantara manusia, namun juga berusaha untuk mejadi prioritas di Kerajaan Allah.

Jumat, 27 Juli 2007

Ayah

Ayah.
Satu kata yang simpel bagi setiap orang untuk diucapkan, namun entah mereka sadari atau tidak empat huruf ini mengusung makna yang mendalam saat kau menjalani hidupmu sebagai "calon" manusia.

Ayah, artinya kau tidak begitu saja ada di dunia ini.
Ayah, artinya kau ada karena suatu alasan.
Ayah, artinya..aku butuh perlindungan.

Saya bingung ketika dikepala ini muncul ide untuk menulis tentang ayah. Karena selama ini mungkin saya tidak pernah menemukan gambaran yang jelas tentang sang ayah. Sosok itu mungkin terlalu jauh untuk saya raih.

Ayah saya seorang manusia yang hebat, terlepas dari segala kekurangan yang ia miliki. Ia seorang pejuang yang keras, yang tak akan pernah berhenti berusaha hingga meraih apa yang ia inginkan. Ayah seorang pengusaha besar yang sukses, yang kini di begitu dipandang orang. Orang-orang sering kagum akan apa yang ia miliki, tanpa melihat proses bagaimana ayahku memiliki itu semua.
Cinta untuk ayah, selama ini tidak pernah tersampaikan. Suatu hari nanti, maybe. Meski begitu, kadarnya tetap tidak akan pernah berkurang. Sebesar apapun kesalahan yang ia lakukan, sejauh apapun jarak yang ia ciptakan.
Atau dibalik, sepertinya ia tetap cinta saya..sebesar apapun kesalahan yang saya lakukan atau sejauh apapun jarak yang saya ciptakan. Maybe.
Ruang di hati ini sudah tersedia. Dibangun Tuhan khusus untuk kami.

Kamis, 26 Juli 2007

Hujan

Pontianak sekarang lebih bagus disebut sebagai kota hujan kali yee (buat ngalah-ngalahin Bogor). Saban ari ujannn mulu. Cuaca dingin, bobo pun ampe pake kaos kaki saking dinginnya. Ngantor jadi males karena bawaan ngantuk..fyuh.....

Yang jadi masalah buat saya adalah cucian. Cucian pada gak mao kering n bau apek. Percuma deh pas nyuci kemaren dibilas pake Molto pewangi. Teteup aja kalah ama bau lembab.
Uuh..hujan. Napa sih turun terus.. Bisa-bisa kalau cuaca begini terus seminggu kedepan, warga Pontianak bakalan kembali ke jaman purba alias cuman pake cawat doank. Hahaha..

Rabu, 25 Juli 2007

Tanda cinta terakhir


Suatu ungkapan mengatakan, jika kita benar-benar mencintai seseorang..maka selamanya ia akan tinggal bersama kita. Sekalipun waktu telah membawa raganya pergi dan sinar bulan tak pernah lagi akan dapat membentuk bayang dirinya..ia tetap ada, disini. Dihati.

Seseorang yang benar-benar saya sayangi, sekitar sebulan lalu terpaksa tak dapat lagi menemani saya dibumi ini. Sesosok cerminan ayah yang luar biasa, mencintai tanpa memandang perbedaan ataupun syarat. Mencintai apa adanya, satu jenis cinta yang hanya dapat dilakukan dengan membuka hati dan menutup mata. Sekalipun ia bukan ayah saya, namun saya menyayangi ia lebih dari apa yang dapat saya tuliskan.

Ia berjanji akan selalu menemani saya. Ia bahkan mengatakan akan hadir pada hari wisuda nanti, mendampingi disaat saya akan memulai babak baru dalam hidup dihari nanti dan janji-janji kecil yang indah yang tak sempat ia penuhi karena satu alasan..Tuhan sudah mempunyai rencana yang lebih indah atas dirinya.

Sebulan yang lalu, ia pergi. Namun cintanya akan tetap ada. Setiap saya menutup kelopak mata ini karena rindu, satu film terbaik akan mulai diputar di otak ini. Flashback babak-babak kejadian yang sudah dilalui bersama, ada tawa, ada nasehat dan yang pasti..ada cinta.

Kemarin, satu paket kiriman datang. Dari Papua New Guinea. Isinya kerang. Kerang-kerang itu diambil olehnya sebelum dipanggil Bapa. Begitu indah, berbagai ukuran, dari kecil hingga sangat besar. Berbagai warna.. cokelat, putih, hitam berbaur menjadi satu. Indah. Bahkan ketika ia sudah tidak ada, tanda cintanya masih sampai ke rumah.

Satu kerang cokelat besar bermotif bintik. Tanda cinta yang paling besar. Coba di dengarkan.. tempelkan ke dekat telinga. Ada bunyi deburan ombak dan suara laut disana. Pejamkan mata, maka kau akan merasa merasa seperti berada di pinggir pantai.
Suara angin dan laut seolah membisikkan, "Aku sayang kalian dan akan selalu berada di dekat kalian".

Senin, 23 Juli 2007

Weekend "SportJantung"

Saat ini saya sedang duduk di depan meja kerja, seperti biasa..aktivitas awal minggu. Sambil menghabiskan secangkir sereal hangat dan keripik keladi yang pedas. Wow..awal hari yang luar biasa. Tak pernah teringat lagi akhir pekan saya yang lucu dan kacau. Ini yang akan saya tuliskan disini.

Hari Sabtu, ujian SO (Sistem Operasi). Karena malas buat belajar..pulang kerja (sekitar jam 12 lewat) saya tidur siang. Begitu nyaman dan hangat, karena waktu itu cuaca sedang hujan. Tidur siang sehabis menikmati semangkuk indomie pedas rasa kaldu ayam adalah hal yang paling menyenangkan yang tidak akan pernah saya tukarkan dengan apapun. Begitulah..tidur saya pulas, tanpa beban karena memikirkan ujian yang masih lama. Jam 18.35 baru akan mulai.
Tenang...

Sekitar jam 4 lewat sedikitt, saya di telepon seseorang. Seseorang yang mungkin memiliki arti penting dalam hidup saya. Ok, kita lagi engga bercerita tentang dia. Hape berdering di sebelah bantal. Dalam percakapan, sayup-sayup saya dengar rintik hujan kecil masih menyisakan nada diatas atap. Masih gerimis rupanya.

Jam 4.10 saya terbangun dengan terpaksa. Tas tergeletak begitu saja disamping tempat tidur. Maksud hati ingin menyimpannya kembali ke tempat yang benar, tapi selembar kertas terjatuh dari dalamnya. Oh..jadwal ujian rupanya. Iseng-iseng saya buka sebelum memasukkannya kembali kedalam tas. Rupanya keisengan itulah yang menyelamatkan hidup saya. Hahaha..

O, MG..rupanya ujian masuk jam 4.30. Coba kucek-kucek mata sekali lagi biar jelas ngliatnya. Malahan 2 x kmata ini dikucek, angka 16.30 engga berubah menjadi 18.35. Ow no...
Ini ujian akhir man.. Sama aja dengan mempertaruhkan kuliah saya 6 bulan kedepan. Setelah linglung sejenak, akhirnya otak ini berhasil juga menyirimkan sinyal "gawat darurat" kepada otot-otot tubuh saya untuk mengambil tindakan dan bergerak cepat.

Saat itu sudah menunjukkan pukul 4.25. Mana jarak kampus dan rumah jauh lagi. Langsung aja saya ganti pakaian tanpa melihat lagi apa yang saya pake. (Untung bukan kimono, hehe). Rambut gak perlu lagi disisir, muka gak perlu lagi cuci. Iiih..selama saya kuliah, inilah saat terjorok saya ke kempus. Sambil berlari-lari menenteng tas dan sepatu saya keluar rumah. Ucapan "saya terlambat" keluar dari mulut menggantikan pamitan.
Saya starter motor dan tancap gas. Pake gigi 6 biar paling laju. Whusss..

Lucunya, sampai di lampu merah tiba-tiba turun hujan deras. Lumayanlah..itung-itung bangun tidur langsung di mandiin Tuhan. Tapi Tuhan, please de..inikan saya mau kekampus buat ujian..
Alhasil basah kuyup. Ketika saya tiba, ujian sudah berlangsung nyaris 1 jam. Dosen pun memandang heran. Terpaksalah jurus kedua dikeluarkan.. "Hujan pak, jadi terlambat". Untung beliau mau memaklumi. (Apa lebih tepatnya beliau termakan boongan saya? Duh...sorry).

Di tempat duduk, satu kejutan menunggu lagi. Lembar soal yang terpampang diatas meja cuman menerakan 3 soal. Guess what? Ketiganya saya engga bisa. Next? Klo yang baca mahasiswa juga..pasti tau lanjutannya. Jurus ketiga.."Lirikan maut".

Saya cuma bisa tertawa. Menyesali nasib? Tidaklah..anggap aja pengalaman. Mau terulang lagi ? Thanks lah..maybe no. haha..



Kamis, 19 Juli 2007

Mimpi Buruk

Dia muncul dengan sorot mata merah. Wajahnya pucat, tirus dan panjang. Lubang hidungnya hanya terlihat bagaikan suatu celah kecil saja. Tatapannya hangat ketika menawarkan kami untuk ikut kendaraannya. Suasana waktu itu begitu ramai. Hingar bingar bagikan di tengah pasar.

Teman temanku langsung menyerbu masuk. Maklumlah..siapa yang engga mau menumpang di mobil mewah. Mobil merah itu terlihat begitu elegan dan mengkilap. Meski begitu, aku merasa sedikit aneh. Bagaimana tidak..Siapa org yang menawarkan tumpangan itu, kemana pula kami hendak dibawanya? Aku merasa bagaikan berada di dalam sebuah maze. Pikiran ku tak menemukan titik terang mengenai keadaan yang sedang terjadi sebenarnya.

"Mari..tunggu apa lagi?" Orang asing itu menyambutku dengan hangat. Kehangatan yang aneh. Mungkin karena ia melihat keragu-raguan yang terpancar dari sorot mataku.
"Di depan saja..karena saya ingin menunjukkan pemandangan yang istimewa padamu" bisiknya di dekat telingaku. Terasa aroma napasnya yang panas. Lagi-lagi perasaan aneh kembali meyelinap di benakku. Tak sempat aku berpikir lama, pintu depan sudah terbuka. Kakiku melangkah dengan ganjil menaiki mobil tersebut. Baru saja aku menyandarkan punggung ini ke bantalan jok yang empuk, pintu depan terdengar berkeriut menutup. Bunyinya sungguh aneh..layaknya mobil usang yang sudah bertahun-tahun teronggok di tempat pembuangan. Ah..sudahlah, lagi pula kudengar suara canda Lusya dan yang lainnya di belakang. Hati ini terasa sedikit lebih lega.

Kutelanjangi seisi mobil dengan mataku. Wah..ini baru namanya mewah. Jok kulit yang terlihat hebat, bantalan yang lembut dengan sandaran bulu-bulu. Di dasbor depan ada kotak tisu berwarna merah. Indah. Sepertinya rajutan. Baru kali ini aku melihat kotak tisu seindah ini. Coba kupegang..ah iya, lembutnya luar biasa. Keteganganku berangsur angsur menghilang, tergantikan oleh semua rasa ingin tahu mengenai isi kemewahan mobil itu.

Kulihat kebawah. Keset kaki yang terlihat mahal. Hitam bersih bagaikan baru. Aku sempat heran..jangan-jangan mobil ini memang belum pernah dipakai sebelumnya. Kutengadahkan kepala ke atas. Bagian atas mobil dilapisi oleh bulu-bulu hangat. Masi kuingat saat itu, berwarna cokelat.

Teman-temanku dibelakang tertawa semakin keras. Kok rasanya kejanggalan ini kembali datang? Ku tolehkan kepalaku ke belakang. Mereka tertawa-tawa, tapi rasanya aku begitu jauh..padahal jarak kami kurang dari semeter saja.
Orang asing itu bersandar di dekat pintu depan. Kapan nih mobilnya bakalan jalan. Aku sudah mulai bosan. Sudahlah, kuputuskan batal untuk pindah ke bangku belakang. Ketika kuputar kembali kepalaku kedepan..mataku menangkap suatu gambar yang aneh.

Eh..itu bukan gambar, batinku..
Kuraih..kok rasanya jauh. Kugapai-gapai, rupanya itu kaca. Kaca yang biasa digunakan supir untuk melihat penumpang belakangnya. Kuputar kearahku agar lebih jelas dapat kulihat gambar itu....
Mataku seakan tidak mau percaya.
Cepat-cepat kutolehkan kembali kepalaku kebelakang. Teman-temanku masih tetap tertawa.
Aku kembali melihat ke kaca.
Susansy mulai berdarah.
Wajahnya memerah..ada api di tempat duduk belakang.
Lusya menjerit-jerit. Meronta-ronta. Mereka semua terbakar, berdarah. Darah mengalir dari setiap lubang dari wajah mereka. Yang kudengar saat itu tangisan, teriakan ketakutan dan ketidakberdayaan.

Mulutku bungkam. Tepat pada saat itu orang asing itu menoleh lewat kaca depan.
"Bagaimana..kita berangkat sekarang?" tanyanya dalam suara datar.
Saat itulah baru dapat kulihat wjahnya secara jelas.
Mata itu bukan mata. Hanya ada celah kecil dengan kelopak mata yang dalam dan bola mata yang tipis bagaikan kucing.
Hidung itu bukan hidung, hanya berupa dua garis..seperti ular. Kulitnya begitu pucat.
Aaaaaaaaaaaaa...rasanya saat itu seluruh tenangaku kukerahkan untuk berteriak saja. Ia tetap menatapku. Secepat kilat aku menarik pegangan pintu. Terkunci. Orang asing itu membuka pintu sebelahnya. Ia akan masuk. Tidak..tidak..aku sudah katakutan. Kutendang sekuat tenagaku. Pintu menjeblak terbuka.

Aku membuat diri keluar. Lututku berdarah karena terjatuh. Kuraih pintu belakang. Kusambar Eddy yang masih tertawa aneh. Aku tidak tahu apa yang terrjadi padanya. Kutarik tangannya. Aku berlari secepat mungkin. Menyusulkah orarng asing itu? Aku tak berani memandang kebelakang. Terus kutarik Eddy yang terasa makin lama makin berat.
Aku terus berlari sambil menangis..kakiku menginjak sesuatu yang basah. Aku terpeleset..

Aku terbangun.


Rabu, 18 Juli 2007

Membunuh Impian


Mulai dari Senin lalu, liburan sudah usai. Tahun ajaran baru sudah dimulai. Senin kemarin ketika saya berangkat ke kantor, baru saya sadari betapa sepinya jalanan raya dimusim liburan. Dan kini, jalanan kembali ramai dan macet. Kota seolah hidup kembali dari lengangnya musim liburan.

Kembali ke sekolah setelah sekian lama libur adalah hal yang menegangkan sekaligus menyenangkan. Apalagi bagi yang baru pertama kali menginjak bangku sekolah atau baru memulai tingkat pendidikan selanjutnya di lingkungan sekolah yang baru. Membayangkan akan bertemu teman-teman baru, guru yang baru, lingkungan dan mata pelajaran yang asing menimbulkan suatu sensasi yang luar biasa. Cemas tapi ingin. Setidaknya itu yang saya rasakan dulu.

Berbicara tentang sekolah, Kalimantan merupakan daerah dimana taraf hidup masyarakatnya masih tergolong cukup rendah. Pagi itu, banyak terlihat anak-anak dengan wajah yang semangat dan bergembira berangkat ke sekolah..dengan berjalan kaki tentunya. Meskipun saya yakin tas lusuh yang mereka pakai mungkin bekas kakak atau abangnya dulu, dengan seragam yang kumal yang baju putih yang lebih tepat dikatakan "kuning", semangat mereka untuk belajar tidaklah dikalahkan oleh hal hal demikian. Saya tersenyum oleh semangat mereka.

Namun, koran Pontianak Post yang terbit keesokan harinya tidak membawa kabar yang baik. Disitu diberitakan tiga orang anak yang tidak mampu, yang bersekolah hanya dengan berbekal buku seadanya dan pakaian kumal, diusir pulang oleh pihak sekolah. Bagaimana mungkin lembaga pendidikan yang berkoar-koar untuk mencerdaskan bangsa malahan dalam realitanya membunuh impian anak-anak malang tersebut. Siapa tahu diantara mereka ada yang merupakan calon Habibie di masa mendatang? Atau bakal dokter yang hebat bahkan mungkin calon pemimpin negara yang luar biasa. Demi senilai rupiah saya yakin, lembaga pendidikan telah menutup jalan kesuksesan mereka. Ironis..
Hati saya menangis memikirkannya.



Terima Kasih

Pagi ini ketika aku terbangun dan melihat tetes-tetes embun di daun yang masih segar..aku teringat akan Dia. Terima kasih untuk setitik penyejuk di awal hari. Daun teratai di kolam itu dapat menghijau karenanya..

Saat kubuka jendela lebih lebar, kurasakan segarnya udara pagi. Ada harum rumput yang masih basah. Diatasnya seekor kodok sedang berdiam diri. Ih..geli. Tapi tatkala kututup mata ini, semua inderaku dapat merasakan anugrah cintaNya. Embun, rumput, udara.. Terima kasih sudah menempatkanku diantara ini semua..

Detik-detik jarum jam bergerak perlahan. Tertatih-tatih menyongsong menit menjemput jam berikutnya. Sang surya penguasa siang beringsut ke langit yang paling tinggi. Panas. Menyengat. Memaksa keringat untuk mengalir lebih banyak. Namun satu terima kasih tetap kan ku ucapkan. Terima kasih untuk keahlian Matematika-Mu..sehingga jarak sang surya dan planetku begitu pas untuk hidup..

Malam. Gelap. Dingin. Sunyi. Namun Bapa, tetap satu terima kasih buatMu. Yang sudah menggantungkan sabitmu dilangit gelap untuk menerangi penutup hariku. Terima kasih atas bintang-bintang kecil..yang atas perintahMu tak akan pernah berhenti berkedip..menerangi tidurku..menemani mimpiku.
"Terima kasih"..ucapku.

Jumat, 13 Juli 2007

Lagu Rindu dan Realita

Pernah dengar lagu yang berjudul "Lagu Rindu"? Kalo engga salah, Kerispatih yang membawakannya. Liriknya begitu indah..nadanya sederhana namun terdengar begitu tulus dan mesra. Melalui ucap kata dan sebait puisi lewat bibirnya..sang penyanyi ingin mengungkapkan rasa dan kerinduan kepada sang pengisi hatinya.

Bintang malam katakan padanya..
Aku ingin melukis sinarmu dihatinya...
...
Tahukah engkau wahai langit..
Ku ingin bertemu membelai wajahnya..
Kupasang hiasan angkasa yang terindah
Hanya untuk dirinya..
...
Lagu rindu ini kuciptakan
Hanya untuk bidadari hatiku tercinta..
Walau hanya nada sederhana
Ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan..

Apa sih rumus kimia dari suatu molekul cinta? Sehingga setiap orang bisa begitu memuja dan menyayangi seseorang? Sampai-sampai ada suatu ungkapan yang mengatakan I would rather die tomorrow rather than living another 100 years without knowing you.. Wow, racun dosis tinggi.

Setiap perempuan pasti ingin menjadi tokoh pujaan dalam lagunya Kerispatih. Begitu dipuja..di kasihi. Namun lagu adalah lagu. Lirik hanya sebatas lirik. Nada mengalun, namun realitanya begitu berbalik. Seorang lelaki kekasih wanita mungkin akan mampu mengucapkan 1001 kali kata sayang, membacakan puluhan bait puisi cinta..namun pada pelaksanaannya adalah nol besar. Ketika perempuan pujaannya sungguh membutuhkan dirinya ..maka disaat itu ia tidak ada. Ketika perempuan pujaannya sakit atau terluka..maka disaat itu ia tidak akan perduli padanya. Dan disaat perempuan pujaannya menangis dan bertanya mengapa, saat itulah berjuta alasan keluar dari mulutnya. Alasan yang paling jitu dan paling sering terdengar adalah "aku tidak ingin mengganggumu".

Mungkin Tuhan lupa memasukkan komponen "mengerti Hawa" dihati lelaki ketika Ia menciptakan mereka. Akibatnya mereka tidak pernah mengerti begitu banyak hal yang dipikirkan perempuan pujaan mereka. Lebih tepatnya, lelaki sang rasio tidak pernah ingin mencoba mengerti dan ego adalah yang terutama. .
Seiring dengan perjalanan sang waktu, pelan tapi pasti larutan cinta dalam hati perempuan itu akan menjadi tawar, karena terlalu banyak tercampur dengan air mata. Sekarang adalah dalam perjalanan itu...


Andrie Wongso

Oh ya, kali ini saya mau menulis tentang Andrie Wongso. Barusan saya membaca artikel tentang dirinya di koran. Wow...sungguh luar biasa.
Andrie Wongso ini adalah seorang yang berpfofesi sebagai motivator profesional di Indonesia. mempunyai talenta untuk menggugah semangat seseorang manjadi bangkit kembali melalaui kata-kataya, memberikan pemikiran pemikiran yang positif dan kiat-kiat untuk maju. Mau tau bayarannya? 30 juta per tiga jam. Wow..

Setiap orang yang melihat Andrie ini tentu akan berdecak kagum. Hebat. Betul-betul sosok yang luar biasa. Dikagumi. Pokoknya kalo bahasa gaul sekarang..TOP abiss deh. Seringkali orang-orang..bahkan termasuk saya (ketika baru membaca alinea awal artikel mengenai dirinya) akan berpikir.. "Enaknya...saya ingin seperti dia". Betul kan?

Namun seringkali orang-orang hanya melihat hasil akhir dari suatu peristiwa. Awalnya? Dulunya?? Setelah saya membaca lanjutan kisah perjalanan Andrie.. baru saya tahu, awal hidupnya bukanlah semanis yang kita lihat sekarang.

Andrie ini bahkan tidak tamat SD. (SD lho). Tapi dia menguliahi para Sarjana dan Doktor. Kenangan masa kecilnya hanyalah sebuah rumah yang berdinding anyaman bambu, makan yang hanya 2x sehari (bukan karena diet, tapi karena miskin) dan pemberontakan-pemberontakan yang membuat hidup masa kecilnya hanya dipenuhi dengan ketakutan ( Ia melewati masa kecil di jaman G30S-PKI). Ibunya hanya berjualan kue.. Bayangkan.. Namun justru keadaan seperti itulah yang mendorong ia untuk terus maju dan bekerja keras hingga ia menuai hasilnya sekarang. Wow... mau bilang sungguh tragis apa Puji Tuhan??

Terkadang, kita merasakan suatu kondisi yang sedemikian sulitnya, sehingga kita merasa sungguh tak berdaya dan ingin menyerah saja. Mungkin orang malas akan bilang, "Ah..itu emang sudah nasibnya hidup enak". Tapi menurut saya engga juga. Nasib setiap orang berada dalam genggamannya masing-masing. Berusaha..itu wajib. Selebihnya serahkan Dia yang memegang kendali roda kehidupan. Tuhan engga buta kok, anaknya yang rajin dan patuh pasti akan merasakan indah kehidupan pada waktunya nanti. Kalau kita malas, saya rasa Tuhan juga akan malas memberikan berkatnya.

Senantiasa bersyukur. Love what you have..n then you'll have what u love. Membaca artikel tentang Andrie Wongso sungguh memotivasi saya. Apalagi ketemu orangnya langsung yah. Hehehe..






Kamis, 12 Juli 2007

Pertarungan

Ironis..sebuah urat yang begitu kecil dan tipis dapat mempengaruhi keseluruhan sistem dalam tubuh seorang manusia yang besar. Tetap mengagumkan, kelihaian dalam keagungan ciptaan Tuhan untuk seorang mahluk yang dikatakan mulia. Meskipun sekarang rahasianya sudah dapat disibakkan oleh canggihnya teknologi ilmu kedokteran.

Inilah rasanya saat ini. Badan manusia yang kokoh, kalah..terperdaya oleh si urat kecil yang sedang berdenyut hebat di dalam kepalanya. Migrain, konon dari antara seluruh sakit kepala, migrain lah yang paling tidak menyenangkan dan di kemudian hari dapat membawa akibat yang fatal. Kefatalan yang cukup untuk merobohkan si manusia hingga kelak ia tidak akan bangun lagi. Rasa yang mengalahkan segalanya saat ini, bahkan mengalahkan selera makan dan menusuk dikala tidur. Huh...

Lihai memang. Tapi si manusia belum sepenuhnya kalah. Sebiji obat mungkin cukuplah sudah. Yah..apa yang diharapkan dari sebiji obat bermerk Bodrex tersebut? Seolah tak ada yang sederhana dari pertanyaan tersebut. Dengan kandungan Parasetamol 600mg, diharapkan dapat membujuk si urat saraf agar menghentikan gerakannya.
Ditimang-timangnya Bodrex itu ditangan. Ah..tak ada pilihan. Diteguknya segelas air putih hangat. Belum terasa efeknya. Si manusia berbaring, diam. Menunggu hasil pertarungan.


Keadaan

Hening.. Suara CPU yang sedang bekerja sayup-sayup terdengar bagai dengungan jangkrik malam. Telinga ini bekerja perlahan..menangkap getaran bunyi alunan nada dari ruangan belakang..Lirik lagu Mandarin rupanya. Nadanya begitu indah..sayang artinya tak akan pernah tercerna karena buta bahasa China.. haha

Panas...Molekul-molekul udara seakan bersuhu tinggi. Apakah iya? Sayangnya tak ada ahli fisika saat ini. Gerah..mereka bergerak disekitar leher, membujuk keringat untuk menetes lebih banyak. Ah..untung ada sekaleng pocari disini..jika tidak, mungkin syaraf-syaraf ini tak bisa berkompromi untuk diajak bekerja lagi..

Bosan. Sinyal diotak membujuk untuk bersantai. Pekerjaan yang dihadapi mengalir terus bagai air yang dicurahkan dari lereng diatas bukit kewajiban. Inikah karma manusia? Yang demi sebiji buah tak berharga..mengorbankan seluruh hidup penghuni jagat raya untuk di kutuk Yang Maha Kuasa? Tapi seingatku..Adam yang pantas mendapatkannya. Aku kan hawa..
Tolong tanyakan pada Tuhan kalau ada yang bertemu denganNya..


Hening membawa sepi. Udara menghantar panas kemari. Lelah menciptakan bosan. Dan aku ingin pulang.

Rabu, 11 Juli 2007

Cerahnya Warna Perbedaan


Saat saya sedang menikmati roti isi cokelat yang dijual seorang anak lelaki kurus cacat mental (rada oon) yang sering lewat di depan kantor, seseorang mengirimi saya selembar foto via YM ketika ia berlibur ke daerah Singkawang.
Itu fotonya ====>

Sepintas foto itu kelihatan biasa saja. Sepertinya itu daerah pertigaan jalan gang. Menggambarkan kehidupan masyarakat sana yang masih rada "ndeso". Jalan yang sepi di hari libur. Dalam foto ini, seakan saya bisa merasakan aroma keramahan masyarakat kota Singkawang.

Satu hal yang menarik bagi saya dari foto itu. Di sana, terdapat sebuah klenteng yang kelihatannya sedang dalam tahap renovasi. Namun keindahan gerbangnya masih terlihat jelas. Merah menyala, warna keburuntungan orang Chinese. Dalam latar belakang klenteng tersebut berdiri kokoh sebuah masjid yang besar dan tak kalah megahnya. Dalam balutan kuning-hijau, warna khas orang Melayu Kalimantan.

Tak terbayangkan ramainya jalan tersebut andaikan pada suatu pertengahan bulan, hari ke-15 pada penanggalan China jatuh pada hari Jum'at. Dimana semua pemeluk Kong Hu Chu berbondong-bondong untuk bersembahyang di Klenteng sementara para musliman dan muslimin beramai-ramai untuk menunaikan shalat Jum'at. Sesak pasti. Namun saya percaya, dua rumah Tuhan tersebut didirikan pada posisi sedemikian rupa pasti sudah melewati berbagai pertimbangan dan pemikiran.

Tak perlu takut adanya kericuhan. Tak perlu khawatir akan keributan. Umat beragama di sana pasti dapat mentolerir satu sama lainnya disana. Dapat bertenggang rasa. Dan bahkan mungkin saling membantu dikala saudara mereka sedang berada dalam suatu hajatan atau berhari raya. Jika tidak, mungkin hanya satu bangunan saja yang bertahan disana.

Lewat selembar foto ini, saya dapat merasakan suasana yang hangat dan mesra. Meskipun di situ tidak tergambar Melayu dan Cina yang saling berpelukan..sudah cukup dengan diwakilkan oleh merahnya Klenteng dan hijau sang Masjid.
Cerahnya dua warna yang menghiasi lingkungan disana, tidak dapat tergantikan oleh lukisan siapapun jua.


Senin, 09 Juli 2007

SBY Datang, PTK Tegang


Hua....SBY dateng !!!

Di kotaku kemaren2 lag dibangun sebuah jembatan tol baru. Beberapa hari yang lalu adalah finishingnya. Dan hari ini adalah peresmiannya. Tak lain dan tak bukan, yang meresmikannya adalah orang nomer siji di negeri ini. Sopo lagi klo bukan SBY.

Hal yang menarik adalah reaksi kota ini. Tegang. Lengang. Sunyi sepi. Saking sepinya tercium aroma bunga kamboja nan menusuk. Kaya kuburan maksudnya..hehehehe. Kota jadi Siaga I. Polisi bertebaran dimana-mana.

Jarak rumah saya dan jembatan baru tersebut sangat dekat. Kalo mau di hiperbolakan, beberapa langkah aja sampe. Jalan depan gang udah di blokir. Sepiiii banget. Sampe2 klo ada yang tiduran ditengah jalan raya pun gak bakalan ketabrak..saking gak ada kendaraan yang lewat.

Foto diatas diambil kemarin sore. Jembatan tol tersebut di sulap sehingga jadi tempat pertemuan yang megah. Coba liat.. sama sekali gak kaya jembatan tol kan? Sebenarnya mo diambil dari jarak deket. Tapi udah banyak polisi berseliweran di situ. Tar bisa-bisa saya dikira teroris. Hahaha...

Ok, Pak SBY..andaikan anda membaca tulisan saya ini..
Yang lucu dari sini adalah perjuangan saya ke kantor. Muter muter kesana kemari. Dimana mana jalan di blokir. Dan akhirnya setelah negosiasi panjang plus tatapan curiga dari PM, saya diijinkan lewat (kantor temapt saya bekerja dan hotel tempat peristirahatan SBY terletak pada satu kompleks). Mungkin setelah tidak menemukan gurat-gurat teroris di wajah saya. Atau barangkali penampilan saya tidak cukup meyakinkan untuk memegang titel "pemberontak negara".

Sip. Tibalah saya dikantor. Saat tulisan ini sedang di ketik, keadaan tetap sepi. Pas di depan kantor ada segerombolan polisi bersenjata. Sesekali saya melirik mereka, kaya patung.
Patung. Patung.

Jumat, 06 Juli 2007

Sekejap Hilang Dari Peradaban

Kemarin judulnya "Hari Pencobaan". Hahaha.. Pagi-pagi pas mao kerja, satriaku mogok. Mana mogoknya di pertigaan jalan lagi. Duh..malunya. Akhirnya setelah berhasil distarter lagi, saya pulang..ganti motor (dengan keadaan nyaris telat ngantor). Ok, pencobaan 1..lewat.

Siang hingga sore, pekerjaan numpuk banyak banget. Padahal ada tugas terstruktur untuk membuat tampilan interface dari dosen yang harus dikumpul besok paginya. Alhasil setelah kebut-kebutan..saya bolos jam kuliah pertama, dan berada di kantor untuk mengerjakan tugas tersebut hingga hampir malam. Setelah itu buru-buru ke kampus tanpa mandi. Ok, pencobaan 2..lewat.

Pulang dari kampus, udah malam. Balik ke cerita tadi pagi yang motor mogok, saya dianter si Eta ke kampus. Pulangnya..tentu dia yang jemput. Akhirnya setelah keluar dari kelas dengan kondisi bau dan lapar serta gerah, saya kelurin hp, nelpon. Tapi ternyata..Telkomsel ngadat. Gak ada sinyal sehingga gak bisa menghubungi siapa-siapa. Oh, God.. Pencobaan 3, gak kuatttttttt.....

Setelah menunggu milyaran detik yang tak kunjung berlalu.. (yah, hiperbola dikit sih), hehe..jemputan datang. Tanda Tuhan masih sayang saya. Ato kalo engga, terpaksa tidur di emperan kampus. hahaha..

Dalam perjalanan pulang, hati ini mengutuk-ngutuk Alexander Graham Bell. Karena kepintaran otaknya, semua manusia di bumi jadi tergantung ama benda temuannya. Telkomsel juga, pake acara ngadat. Ternyata mogoknya Telkomsel masih berlanjut ampe malamnya. Saya engga bisa menghubungi siapa-siapa, enggak bisa sms siapa-siapa, engga ada siapapun yang telepon. Rasanya sekejap saya hilang dari peradaban. Hiks..

Malamnya saya tidur dengan gelisah......sambil sakit pinggang..


Kamis, 05 Juli 2007

Sepenggal Cerita Anak Jalanan


20:23 WIB. Pontianak hujan rintik.
Saya dan satria* tercinta saat itu sedang bercokol di jalan raya yang dingin. Ramai. Gaduh. Bau (tepatnya ketika melewati area Pasar Flamboyan). Didepan sana sudah lampu hijau. Saya tancap gas 60km/jam pun, teteup engga terkejar. Akhirnya berhentilah disana. Perempatan jembatan Tol-Gama-Tanpur-Imbon.

Ada dua orang anak kecil disana. Yang lebih tua perempuan, dan cowok kecil yang satunya lagi mungkin adiknya. Sebab ia memanggilnya "Kak". Saya enggak tau apa memang budaya anak jalanan yang serba akrab karena merasa senasib sepenanggungan, atau memang itu kakaknya. Entahlah. Malas buat berpikir lebih lanjut saat itu.

Mereka menyodorkan kaleng kosong ke arah saya. Saya cuman menggeleng kecil. Bukannya pelit, tapi bagi saya saat itu cukup repot untuk membuka tas sementara sebentar lagi lampu hijau akan menyala. Melihat gelengan saya, mereka segera berlalu. Tanpa ekspresi.

Anak-anak jalanan cukup banyak berseliweran di sekitar lampu merah kota Pontianak. Kulit mereka hitam pekat. Rambutnya kering, kuning. Dihighlight langsung oleh matahari. Pakaiannya tidak layak lagi, terlihat tipis dan kumal.. Apa yah kata yang tepat untuk mereka.. Kasihan?
Iba memang. Pernah saya lihat seorang anak jalanan yang numpang tidur di ruangan mesin ATM. Tak beralas. Hanya berbantal tangan. Dikesempatan lain, saya melihat seorang bapak (kelihatannya orang Batak) yang dimintai uang oleh mereka. Tapi bukannya uang yang didapat, hardikan "Enak aja...Minta sama pemerintah !!!!" yang mereka peroleh. Padahal sang bapak kelihatan rapi, kaya dan berpendidikan.

Masalah anak jalanan memang sudah semestinya ditangani baik-baik oleh pemerintah kita. Namun sayang, saat ini hanya kaor-koar pidato mereka saja yang terdengar. Realisasinya belum terlihat. Apakah anak-anak jalanan ini yang sukar diatur atau pemerintah yang hanya "mbulak"** saja? Cuman intern mereka yang tahu..

Eniwei..soal bapak Batak yang menghardik tadi, saya engga tau mau menyalahkan dia atau tidak. Mungkin saja dia keseringan dimintai uang oleh anak-anak tadi, sehingga udah bosen. Atau memang gaya bicaranya yang kasar tapi sebenarnya hatinya.. (Tuhan yang tahu klo soal ini).
Bingung ah...kapan-kapan kita tanyain orang Batak.......


*Motorku
**Berbohong

Selasa, 03 Juli 2007

Bulan Perjuangan Vs Budaya Mahasiswa

Hari ini sudah tanggal 2 July. Kok kayanya waktu berlalu begitu cepat, sampai-sampai badan ini lelah berlomba mengejarnya. Dan kok rasanya lagi..saya yang selalu tertinggal di belakang. Eniwei..bersyukur ajalah. Moga-moga dengan cara ini, kedepannya saya bisa berlari lebih cepat. Aminin dunk... ^^

Bulan Juli berarti bulan Ujian akhir. Huaaaa...gimana neh. Bagian ini yang paling gak enak. Harus mengejar tugas-tugas terstruktur yang belom lagi kelar dikerjakan, padahal deadlinenya udah minggu ini. Yah..meskipun tugasnya diberikan dari beberapa bulan yang lalu, tapi yang namanya "mahasiswa gitu loh", hehehe... (senyum tak bersalah) udah punya budaya "nyantai jak" (bahasa Pontianaknye) yang sudah tertanam jauhhhhh di dalam sana. So..ketika deadline udah mengintip, baru deh kalang kabut kaya dosen kebakaran jenggot. wakakaka... (Perasaan Dosen STMIK gak ada yang jenggotan deh).

Belom lagi catatan yang masi bertebaran disana-sini alias sama sekali enggak lengkap. Klo yang ini..ntar deh, dihari ujian mata kuliah yang bersangkutan baru minjem catatan temen. Bukan minjem buat dicatat, karena engga bakalan sempet lagi, tapi minjem fotokopi. Pertanyaannya, apakah ini juga budaya mahasiswa? Oh..tentu iya..

Thx to God, komputer saya dikantor ini terakses komputer 24 jam. Jadi soal tugas, gampang nyari bahannya. (Apa ini yang dinamakan rencana Tuhan indah pada waktunya? Dia tahu saya pemalas, makanya...hehehehehe )

Habis ujian akhir datanglah liburan yang superrrrrr puanjang. Selama 5 semester saya kuliah, liburan semester benar-benar saya manfaatkan untuk ngantor, makan, tidur n jalan-jalan. Tapi..di semester ini, judul liburannya adalah "semester pendek nan mencekam". Apalagi klo bukan SP yang kuliah seminggu 3 x, bahkan dihari Sabtu pulang jam 9 malem. Aujubile....naseb dah.

Ok, akhirnya penyiksaan sudah di depan mata. Tapi kali ini kayanya saya yang menang. Hehehe.. Cia Yoo!!!