Selasa, 31 Juli 2007

Prioritas



Dalam hidup, menjadi prioritas bukanlah segalanya. Yang terpenting adalah mempersembahkan apa yang terbaik dari diri kita, itulah yang terbaik menurut saya. Karena kadang dengan menjadi "manusia yang di prioritaskan" kita menjadi lupa yang "paling prioritas" dalam hidup kita, Bapa.

Sebuah kisah yang menceritakan kasih Bapa, menyelamatkan 10 orang yang terkena penyakit kusta, penyakit yang sangat mematikan pada saat itu. Diantara para Yahudi yang terkena penyakit tersebut, satu diantara mereka adalah orang Samaria. Samaria, si bangsa kelas rendahan, kelas budak..yang dianggap tidak pantas dan tidak layak. Namun ketika mereka menerima kesembuhan, hanya si Samaria inilah yang kembali untuk berterima kasih kepada sang Penyembuhnya. Hanya si Samaria..

Dalam hidup, sering kali kita menjadi seperti Yahudi dalam perumpamaan tersebut. Kita menganggap diri kita mampu untuk bertindak sendiri, tanpa mengingat siapa yang ada dibalik layar hidup kita. Si boneka kayu yang menganggap dirinya begitu hebat dan hidup, sehingga ia mengira dirinya sendirilah yang mengendalikan tangan dan kakinya. Tanpa mengingat bahwa sebetulnya ada tali-tali tipis yang menuntun gerakannya, yang tanpa bantuan tali itu ia hanyalah seonggok boneka kayu yang tidak berdaya. Mati. Begitulah..tanpa Allah, kita hanyalah sebongkah tanah. Tidak ada gunanya.

Disaat kesulitan mendera..persis sama ketika penyakit yang dialami kesepuluh manusia itu, ia mulai diasingkan. Perlahan-lahan dijauhi karena kejayaannya sudah berlalu. Pada saat itulah baru kita sadari, kita membutuhkan pertolongan. Pada saat itulah, kita yang mengaku Kristen mulai giat berdoa dan mengeluh kepada Tuhan. Dan ketika Ia menjawab doa kita dengan menyingkirkan segala pencobaan yang kita hadapi..saat itulah kacang mulai lupa akan kulitnya.
Kesembilan orang Yahudi itu kembali ke kehidupan mereka, menunjukkan kepada muka umum bahwa mereka telah sembuh dan terbebas, sudah kembali seperti dulu. Yahudi yang dianggap bangsa kelas atas, orang-orang hebat tidak ingat lagi untuk seucap kata "terima kasih" kepada Yang Telah Memberinya Kesembuhan.
Benar kan? Pikirkan apakah hidupmu berlangsung dalam keadaan demikian?

Saat ini saya sedang mencoba belajar. Belajar untuk menjadi orang Samaria. Sekalipun ia bukan orang yang memiliki sesuatu untuk dibanggakan, tidak menjadi orang yang di prioritaskan bahkan seseorang yang dilupakan. Namun sikapnya membuat ia memiliki tempat yang istimewa di hati Allah. Belajar untuk rendah hati dan mengingat siapa yang memegang kendali atas hidup ini. Belajar untuk mengingat, atas ijin siapa jantung ini tetap berdetak. Atas perintah siapa hujan turun saat ini dan atas kehendak siapa tangan ini menuliskan tulisan ini. Belajar untuk tidak hanya mementingkan prioritas diantara manusia, namun juga berusaha untuk mejadi prioritas di Kerajaan Allah.

Tidak ada komentar: