Semalem, setelah menghabiskan sepiring nasi goreng pedeees dan secangkir teh anget sambil nonton sinetron Jelita di RCTI tiba-tiba jadi kepikiran pengen makan martabak. Maklum, bawaan orok (orok dari hongkonggggg kalee ). Akhirnya dengan mengendarai sepeda motor kumbang (kring..kring..goes..goes..), pergilah beli martabak. Belinya di tempat langganan dunk. Martabaknya enak, tebel, gurih murah lagi (faktor terakhir nih yg paling menentukan di jaman serba sulit ini, hehehe..).
Sampe disana
"Haiiiii bu..martabak telornya dua ya "
"Iyeee!! *trus mandang ke aku* Eh..mbak (si Ibu yang jualan uda mulai ngeringin giginya). Nape lama tadak kesini??"
"Hehehehe..itulah... Pa kabar bu? Macam mane bisnisnye? Lancar-lancar jak ke?" *Jurus mulut bawel beraksi*
Sambil mengadon-adon si ibu menjawab "Yaa...gini gini jak lah. Barang-barang mahal sekarang. Tadak kuat kite." Sekarang ia ngelap-ngelap kualinya.
Aku cepet-cepet melirik ke label harganya (Huahahahahahahahaa...gini deh klo orang tak punya mbeli barang . Sambil pegang2 kantong celana-tukang-parkir n nginget2 "Aku bawa duit berapa yaaa.." ). Karena aksi melirik dan memegang tadi membuatku diem, si ibu melanjutkan,
"Beli barang jualan niya..empat ratos tadak cukop. Bayangkan tu.. " Mulutnya mengerucut.
"Hihihihihihi.. (ketawa ala Suzzana Return ). Mahal ye barang sekarang. Emak aku dirumah pun teriak-teriak ga" Aku jawab ala kadarnya.
"Telok tu..seribuuuu. Macam mane la. Kate pemerintah, abes imlek turun harge. Merampot jak "
Ugh..mukanya kayak kesel campur kuciwa. Hehehe..ni ibu lucu juga.
"Martabaknye, dah nak naik harge lah bu?" Sambil senyum aku nanya juga. Penasaran tak tertahankan.
"Ha? hehehhe...belom la.. jual mahal-mahal pun susah gak. Liat-liat lok, kalo tadak turun agik hargenye..terpakse la" Dia senyum-senyum tak-bisa-dijabarkan-artinya.
Setelah itu pembicaraan diteruskan seputar harga yang engga juga kunjung turun, beli susu anak, sampe ke bahan-bahan pembuatan martabak. Kita berdua ngomong uda kayak dua perempuan kesurupan aja, dengan melayu yang "alamakkk" dan volume keras. (maklum, ini di pinggir jalan).
.............
Diperjalanan pulang beberapa menit kemudian, diatas motor aku berpikir betapa payahnya negeri kita. Pemerintah suka berkoar-koar diatas mimbar mengumbar janji kosong. Tapi kayaknya rakyat sini uda "membiasakan diri" dengan bualan-bualan mereka. Hal ini terbukti ketika suatu sore akong-ku nonton berita, ntah siapa yang lagi ngomong (pejabat tentunya, bukan Cinta Laura ) tiba-tiba dia ngomong sendiri "Bahhh..bohong jak"..
Untung resonansi suara akong engga sampe ke tempat siaran langsungnya si Pak Pejabat, hihihi..
Whateverlah, orang kecil engga perlu (bahkan engga ngerti) dengan rencana-bualan-pembangunan-negeri ini. Yang mereka inginkan cuman kehidupan yang "sedikit lebih longgar".
Duhai Tuan Pemerintah, liat donk kami-kami ini. kami yang tukang becak, kami yang tukang martabak, kami yang tukang parkir..dan kami-kami si orang kecil.. klo ditekan terus, kapan bisa berdiri dan bergerak maju? Cape nih jongkok melulu..ekonomi jongkok, pendidikan jongkok, ke wc pun jongkok.. (eh..eh..apa hubungannya yak? )
Sampe disana
"Haiiiii bu..martabak telornya dua ya "
"Iyeee!! *trus mandang ke aku* Eh..mbak (si Ibu yang jualan uda mulai ngeringin giginya). Nape lama tadak kesini??"
"Hehehehe..itulah... Pa kabar bu? Macam mane bisnisnye? Lancar-lancar jak ke?" *Jurus mulut bawel beraksi*
Sambil mengadon-adon si ibu menjawab "Yaa...gini gini jak lah. Barang-barang mahal sekarang. Tadak kuat kite." Sekarang ia ngelap-ngelap kualinya.
Aku cepet-cepet melirik ke label harganya (Huahahahahahahahaa...gini deh klo orang tak punya mbeli barang . Sambil pegang2 kantong celana-tukang-parkir n nginget2 "Aku bawa duit berapa yaaa.." ). Karena aksi melirik dan memegang tadi membuatku diem, si ibu melanjutkan,
"Beli barang jualan niya..empat ratos tadak cukop. Bayangkan tu.. " Mulutnya mengerucut.
"Hihihihihihi.. (ketawa ala Suzzana Return ). Mahal ye barang sekarang. Emak aku dirumah pun teriak-teriak ga" Aku jawab ala kadarnya.
"Telok tu..seribuuuu. Macam mane la. Kate pemerintah, abes imlek turun harge. Merampot jak "
Ugh..mukanya kayak kesel campur kuciwa. Hehehe..ni ibu lucu juga.
"Martabaknye, dah nak naik harge lah bu?" Sambil senyum aku nanya juga. Penasaran tak tertahankan.
"Ha? hehehhe...belom la.. jual mahal-mahal pun susah gak. Liat-liat lok, kalo tadak turun agik hargenye..terpakse la" Dia senyum-senyum tak-bisa-dijabarkan-artinya.
Setelah itu pembicaraan diteruskan seputar harga yang engga juga kunjung turun, beli susu anak, sampe ke bahan-bahan pembuatan martabak. Kita berdua ngomong uda kayak dua perempuan kesurupan aja, dengan melayu yang "alamakkk" dan volume keras. (maklum, ini di pinggir jalan).
.............
Diperjalanan pulang beberapa menit kemudian, diatas motor aku berpikir betapa payahnya negeri kita. Pemerintah suka berkoar-koar diatas mimbar mengumbar janji kosong. Tapi kayaknya rakyat sini uda "membiasakan diri" dengan bualan-bualan mereka. Hal ini terbukti ketika suatu sore akong-ku nonton berita, ntah siapa yang lagi ngomong (pejabat tentunya, bukan Cinta Laura ) tiba-tiba dia ngomong sendiri "Bahhh..bohong jak"..
Untung resonansi suara akong engga sampe ke tempat siaran langsungnya si Pak Pejabat, hihihi..
Whateverlah, orang kecil engga perlu (bahkan engga ngerti) dengan rencana-bualan-pembangunan-negeri ini. Yang mereka inginkan cuman kehidupan yang "sedikit lebih longgar".
Duhai Tuan Pemerintah, liat donk kami-kami ini. kami yang tukang becak, kami yang tukang martabak, kami yang tukang parkir..dan kami-kami si orang kecil.. klo ditekan terus, kapan bisa berdiri dan bergerak maju? Cape nih jongkok melulu..ekonomi jongkok, pendidikan jongkok, ke wc pun jongkok.. (eh..eh..apa hubungannya yak? )